Badan Standardisasi Lingkungan dan Kehutatanan, KLHK menggelar Pekan Standar Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PeSTA) tanggal 10 – 13 September 2024 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Gelaran standar dihadirkan dalam bentuk berbagai macam kegiatan, antara lain talkshow mengenai implementasi ekonomi sirkular di Indonesia. Pusat Produksi Bersih Nasional berkesempatan hadir memenuhi undangan talkshow yang berfokus pada langkah-langkah konkrit menuju ekonomi sirkular.
Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK), Ary Sudijanto, yang menekankan pentingnya ekonomi sirkular dan pengembangan skema ekolabel pada produk ramah lingkungan. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong produsen untuk beralih ke praktik produksi yang lebih berkelanjutan, guna melindungi sumber daya alam dan mengurangi dampak lingkungan. Talkshow ini dipandu oleh moderator, Dr. Edi Iswanto Wiloso, yang memimpin dua sesi diskusi yang menarik.
Pada sesi pertama, fokus diskusi berpusat pada penerapan kebijakan pemerintah. Perwakilan dari BAPPENAS memaparkan Peta Jalan dan Rencana Aksi Ekonomi Sirkular di Indonesia, dengan fokus pada tantangan yang dihadapi, seperti konsumsi material yang meningkat serta pentingnya mekanisme CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism). Diskusi menyinggung dampak pertumbuhan ekonomi 6-8% per tahun terhadap kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang mendekati over capacity. Strategi jangka panjang pemerintah melalui RPJPN yang sudah menjadi undang-undang, menargetkan 5 sektor prioritas dengan hanya 9% input material sirkular saat ini.
Selanjutnya, Direktorat Pengurangan Sampah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mempresentasikan kebijakan pengurangan sampah. Data terbaru menunjukkan timbulan sampah Indonesia mencapai 19 juta ton per tahun, dengan 41% berasal dari sampah makanan. Kebijakan pengelolaan sampah juga mendorong keterlibatan masyarakat, sektor swasta, serta perguruan tinggi dalam menciptakan ekosistem ekonomi sirkular.
Di sisi lain, Direktorat Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3 KLHK memaparkan kebijakan pemanfaatan limbah untuk mendukung ekonomi sirkular. Sebanyak 87 juta ton limbah B3 berpotensi dimanfaatkan, yang sebagian besar berasal dari Jawa dan Kalimantan, dengan 301 jenis limbah yang tercatat.
Sebagai penutup dari Sesi pertama, Pusfaster KLHK membahas penerapan ekolabel sebagai bagian dari kebijakan ekonomi sirkular di Indonesia. Mereka menekankan bahwa ekolabel merupakan instrumen penting dalam mendorong produsen untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan.
Pada sesi kedua, perwakilan dari sektor swasta berbicara tentang kontribusi mereka dalam mendukung ekonomi sirkular. Dra. Hendra Yetty, M.Si dari Kementerian Perindustrian memaparkan mekanisme sertifikasi ekolabel Tipe I yang melibatkan kerjasama dengan KLHK. Beberapa produk yang telah memenuhi standar ecolabel antara lain kertas kemas, cat tembok, dan produk bioplastik.
Cocacola Europacific Partners Indonesia turut berbagi pengalaman dalam memanfaatkan kemasan berbasis rPET (recycled PET), meskipun tantangan biaya dibandingkan PET murni masih ada. Enviplast® dari PT Intera Lestari Polimer memaparkan kontribusi bioplastik dalam mendukung ekonomi sirkular, dengan produk-produk biodegradable yang bisa terurai dalam waktu 3-6 bulan. Asia Pulp & Paper (APP) menyampaikan peran mereka melalui produk yang sudah berlabel ecolabel seperti tissue LIVI, PASEO, dan kertas Paperline 2000. Mereka menggunakan 44% material daur ulang dalam produksinya serta 56% dari energi terbarukan.
Mencermati arah kebijakan dan diskusi yg berkembang, bahwasannya isu ekonomi sirkular menjadi penting karena besarnya nilai ekonomi dari sumber daya yg terbuang bersama sampah dan produk yg diproduksi secara tidak effisien. Menjadi urgent bagi produsen dan konsumen untuk mengimplementasi prinsip effisiensi dalam giat produksi dan konsumsi. Pusat Produksi Bersih Nasional mendukung kemajuan ekonomi sirkular di Indonesia melalui program kerja Resource Efficiency & Cleaner Production (RECP). Melalui program ini, Pusat Produksi Bersih Nasional memberikan pendampingan teknis dan literasi dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, pengurangan dan pengolahan limbah, serta meningkatkan efisiensi dalam proses produksi, yang pada akhirnya dapat memperkuat daya saing industri nasional di pasar global yang semakin berkelanjutan.
Penulis: Muhammad Hilmazar Hawari
Editor: Amelia Agusni